Psikolinguistik: Sebuah Kajian Memahami Manusia Melalui Bahasa

Psikolinguistik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa untuk menyampaikan ide, perasaan, dan informasi kepada orang lain.

Tapi, pernahkah kamu bertanya-tanya apa yang terjadi di balik layar ketika kita berbicara, mendengar, membaca, atau bahkan memahami bahasa?

Inilah saatnya kita memasuki dunia psikolinguistik, ilmu yang membahas tentang hubungan antara bahasa, pikiran, dan proses kognitif manusia yang sangat menarik.

Pengertian Psikolinguistik

Pada mulanya psikolinguistik disebut dengan istilah linguistic psychology (psikologi linguistik) dan beberapa ada yang menyebut dengan psychology of language (psikologi bahasa). Menurut Suhartono (2014), nama "psikolinguistik" dipilih karena dianggap lebih akurat untuk menggambarkan kemandirian dan fokus kajiannya yang lebih spesifik, yaitu proses psikologis yang terjadi pada individu yang menggunakan bahasa.

Psikolinguistik dapat digolongkan ke dalam kajian interdisiplin, yaitu bertemunya dua kajian ilmu yang pada kasus ini adalah ilmu linguistik dan ilmu psikologi.

Dalam bukunya, Kamus Linguistik (2008), Kridalaksana mendefinisikan psikolinguistik sebagai kajian interdisipliner yang memperlajari hubungan antara bahasa dengan perilaku serta akal budi manusia.

Sejalan dengan pendapat Emmon Bach (1964) yang memperkuat gagasan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana para pembicara sebenarnya menggunakan bahasa untuk merumuskan, membangun, dan memahami kalimat-kalimat dalam bahasa tersebut.


Sejarah Lahirnya Psikolinguistik

Awal mula kemunculan psikolinguistik sudah ada sejak tahun 1952 yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner.

Istilah psikolinguistik digunakan secara formal semenjak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Yang dituangkan dalam buku yang berjudul Psycholinguistics, A Survey of Theory and Research Problems. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan.

Pada abad ke-20, ilmu psikolinguistik mulai mengalami perkembangan ketika psikolog Jerman, Wilhem Wundt, menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip psikologis (Kess, 1992). Pada masa itu, kajian tentang bahasa mengalami perubahan dari aspek estetika dan budaya menjadi suatu pendekatan yang lebih "ilmiah".


Aliran Dalam Psikolinguistik

Dalam prakteknya, psikolinguistik berusaha menerapkan pengetahuan tentang linguistik dan psikologi dalam berbagai konteks, termasuk dalam bidang pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca untuk pemula dan tingkat lanjut, komunikasi dua bahasa dan multibahasa, gangguan berbicara seperti afasia, gagap, dan sejenisnya, serta berbagai masalah sosial yang terkait dengan bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, serta bahasa dan pembangunan masyarakat.

Kemudian dalam perkembangannya, gagasan ini juga diimplementasikan dalam konteks pembelajaran bahasa, yang kemudian berkembang menjadi teori atau aliran psikolinguistik yang sesuai dengan pandangan filosofis psikologi yang dianut.

1. Aliran Behaviorisme

Behaviorisme berasal dari kata "behave" yang mengacu pada perilaku, dan "isme" yang mengindikasikan suatu aliran. Aliran ini berfokus pada kajian perilaku manusia. Dalam konteks psikolinguistik, aliran behaviorisme menekankan aspek perilaku dalam bahasa yang dapat diobservasi secara langsung, serta hubungan antara rangsangan (stimulus) dan respon (response) dalam konteks bahasa.

Perilaku bahasa yang efektif terjadi ketika merespons rangsangan dengan tepat. Jika reaksi ini dianggap benar, maka akan menjadi suatu tingkah laku atau kebiasaan. Oleh karena itu, asumsi dasar aliran ini menyatakan bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, dapat diprediksi, dan dapat dikendalikan.

2. Aliran Kognitivisme

Aliran Kognitivisme dimulai dengan pengembangan teori tentang "perkembangan kognitif," yang melihat bahwa kemampuan berpikir seseorang berkembang melalui perubahan yang berangsur-angsur dan berurutan, di mana proses mental menjadi semakin kompleks.

Menurut pandangan aliran ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terisolasi, melainkan merupakan salah satu dari beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif.

Dalam teori kognitivisme, belajar diartikan sebagai perubahan dalam persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu dapat diamati sebagai tingkah laku. 
Pendekatan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang merespons lingkungan secara pasif, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir aktif.

3. Aliran Mentalistivisme

Kelompok aliran mentalistivisme berpendapat bahwa seorang manusia memiliki pikiran (mind) yang terpisah dari tubuh (body) mereka. Ini berarti tubuh dan pikiran dianggap sebagai dua entitas yang saling berinteraksi, di mana salah satunya mungkin menyebabkan atau mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bagian lainnya..

Dalam konteks perilaku secara keseluruhan, pandangan ini berpendapat bahwa perilaku seseorang dapat berasal dari tindakan fisik yang mandiri, seperti bernafas, atau dapat juga berasal dari interaksi antara tubuh dan pikiran.


4. Aliran Nativisme

Nativisme berakar dari gagasan fundamental bahwa pembelajaran bahasa ditentukan oleh predisposisi bawaan. Ini berarti bahwa setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan alami untuk memperoleh dan belajar bahasa.


Psikolinguistik

Cabang-cabang Psikolinguistik

Meskipun istilah psikolinguistik masih digunakan, namun saat ini tidak lagi secara eksklusif mencakup hanya kedua disiplin, yaitu psikologi dan linguistik. Penemuan-penemuan dari berbagai interdisiplin telah dimanfaatkan dalam kajian psikolinguistik.

Dalam perkembangannya, bantuan dari disiplin lain telah ada sejak lama dan akan terus bertambah, karena selain linguistik dan psikologi, banyak disiplin lain yang juga mengkaji bahasa dengan pendekatan dan teori yang khas masing-masing, seperti antropologi, sosiologi, filsafat, pendidikan, komunikasi, dan lain-lain.

Perkembangan disiplin psikolinguistik yang pesat telah menghasilkan beberapa subdisiplin baru yang difokuskan pada bidang-bidang khusus yang memerlukan penelitian yang mendalam. Subdisiplin psikolinguistik ini terlihat dalam skema berikut

1. Psikolinguistik Teoretis (Theorethycal Psycholinguistic)

Psikolinguistik teoretis mempelajari berbagai aspek yang terkait dengan teori bahasa, seperti sifat dasar bahasa, karakteristik khas bahasa manusia, teori kompetensi dan performansi (seperti yang diajukan oleh Chomsky), atau teori langue dan parole (sebagaimana dikemukakan oleh Saussure), dan topik-topik lain yang relevan.

2. Psikolinguistik Perkembangan (Development Psycholinguistic)

Psikolinguistik perkembangan membahas mengenai proses pemerolehan bahasa, termasuk teori-teori yang terkait, baik dalam konteks pemerolehan bahasa pertama maupun bahasa kedua.

Ini mencakup topik seperti perangkat pemerolehan bahasa (language acquisition device), periode kritis dalam pemerolehan bahasa, dan berbagai hal lain yang terkait dengan proses pemerolehan bahasa.

3. Psikolinguistik Sosial (Social Psycholinguistic)

Psikolinguistik sosial, yang juga dikenal sebagai psikososiolinguistik, mempelajari berbagai aspek sosial bahasa. Ini mencakup topik seperti sikap bahasa, akulturasi budaya, kejut budaya, jarak sosial, periode kritis sosial dalam pemerolehan bahasa, paparan bahasa, pendidikan, durasi pendidikan, dan berbagai hal terkait lainnya.

4. Psikolinguistik Pendidikan (Educational Psycholinguistic)

Psikolinguistik pendidikan membahas berbagai aspek pendidikan di lingkungan sekolah, terutama fokus pada peran bahasa dalam proses pengajaran secara umum, dengan penekanan pada pengajaran membaca, kemampuan berkomunikasi, keterampilan berpidato, dan pengetahuan tentang bagaimana penggunaan bahasa dapat ditingkatkan untuk meningkatkan proses penyampaian ide dan gagasan secara lebih baik.

5. Neuropsikolinguistik (Neuropsycholinguistics)

Neuropsikolinguistik membahas tentang keterkaitan antara bahasa dan otak manusia. Contohnya, bagian otak mana yang terlibat dalam kemampuan berbahasa? Kerusakan pada saraf-saraf mana yang menyebabkan afasia Broca dan saraf mana yang terpengaruh pada afasia Wernicke? Apakah bahasa benar-benar dilateralisasikan (terpusat di salah satu sisi otak)? Kapan terjadi proses lateralisasi ini? Apakah periode kritis berhubungan dengan fleksibilitas saraf-saraf otak?

6. Psikolinguistik Eksperimental (Experimental Psycholinguistic)

Psikolinguistik eksperimental membahas tentang berbagai eksperimen dalam berbagai bidang yang terkait dengan bahasa dan perilaku berbahasa.

7.  Psikolinguistik Terapan (Applied Psycholinguistic)

Psikolinguistik terapan membahas tentang penggunaan temuan dari keenam subdisiplin psikolinguistik yang telah disebutkan sebelumnya, dan menerapkannya dalam berbagai bidang khusus, seperti psikologi, linguistik, berbicara dan menyimak, pendidikan, pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca, neurologi, psikiatri, komunikasi, kesusastraan, dan bidang lainnya.

Kesimpulan

Psikolinguistik memainkan peran krusial dalam memahami bagaimana bahasa diproses dalam pikiran manusia, bagaimana bahasa diperoleh dan dipelajari, serta bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

Dengan pemahaman ini, kita dapat mengoptimalkan pengajaran bahasa dan meningkatkan pemahaman tentang fenomena linguistik secara umum.


Referensi

Dardjowidjojo, Soenjono. (2005). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Harras, dkk. (2009). Dasar-Dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI Press.

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama

Suharti, dkk. (2021). Kajian Psikolinguistik. Pidie: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Posting Komentar

Arsip
Bagian dari

Pengikut