Mereka lebih memilih tinggal di dalam kamar mereka selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, menghindari interaksi sosial dan dunia luar.
Bagi mereka, kamar adalah tempat satu-satunya yang aman di tengah hiruk-pikuk masyarakat.
Catatan: Artikel ini hanya memberikan informasi umum tentang hikikomori dan tidak menggantikan saran medis profesional. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami masalah kesehatan mental, segera cari bantuan dari tenaga medis yang berkualifikasi.
Apa Itu Hikikomori?
Hikikomori adalah istilah Jepang yang mengacu pada fenomena di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial. Secara harfiah, hikikomori berarti "menarik diri" atau "mengurung diri".Istilah hikikomori pertama kali digunakan pada tahun 1998 oleh psikiater Jepang, Tamaki Saito. Saito mendefinisikan hikikomori sebagai kondisi ketika seseorang menarik diri dari masyarakat dan membatasi interaksi sosial mereka selama setidaknya enam bulan.
Hikikomori dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan fisik dan mental orang yang bersangkutan. Orang yang mengalami hikikomori berisiko mengalami obesitas, masalah tidur, penyakit jantung, dan masalah kesehatan mental lainnya. Mereka juga lebih rentan untuk mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan pikiran.
Hikikomori juga dapat berdampak negatif pada keluarga dan orang-orang terdekat. Keluarga dan teman-teman dapat merasa frustrasi dan cemas karena tidak tahu bagaimana membantu orang yang mereka cintai.
Mengapa Seseorang Menjadi Hikikomori?
Hikikomori bukanlah pilihan yang diambil dengan sengaja. Beberapa faktor dapat menyebabkan seseorang menjadi hikikomori:1. Tekanan Sosial dan Sekolah
Di tengah tekanan sosial yang tinggi, terutama di lingkungan sekolah dan universitas, beberapa individu merasa cemas dan kewalahan.Mereka mungkin merasa tidak mampu memenuhi harapan sosial atau akademis, sehingga memilih mengisolasi diri sebagai bentuk melarikan diri dari realitas yang membebani.
2. Masalah Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan sosial juga dapat berkontribusi pada munculnya perilaku hikikomori.Seseorang mungkin merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dan merasa lebih nyaman menyendiri.
3. Pengalaman Traumatis atau Kehilangan
Beberapa hikikomori mungkin telah mengalami peristiwa traumatis atau kehilangan yang signifikan dalam hidup mereka.Kehilangan orang terdekat, kegagalan besar, atau pengalaman traumatis lainnya seperti perundungan dapat menyebabkan mereka berpaling dari dunia luar dan menciptakan dunia sendiri di balik dinding kamar.
ilustrasi: freepik.com/author/pikisuperstar |
Bagaimana Cara Membantu Seorang Hikikomori?
Membantu seseorang keluar dari kehidupan hikikomori tidak mudah, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil.1. Tunjukkan Dukungan dan Pengertian
Jika kamu mengenal seseorang yang menjadi hikikomori, tunjukkan dukungan dan pengertian. Berbicaralah dengan mereka tanpa menekan atau menghakimi, berikan dukungan yang tulus.2. Dukungan Profesional
Konsultasikan masalah ini dengan profesional kesehatan mental. Mereka dapat membantu dengan pengobatan, terapi, atau konseling yang sesuai untuk membantu mengatasi masalah yang mendasari.3. Dorong Partisipasi Sosial Secara Bertahap
Bantu individu tersebut untuk perlahan-lahan terlibat kembali dalam kegiatan sosial. Ajak mereka untuk melakukan aktivitas ringan di luar rumah dan tingkatkan secara bertahap.Hal ini dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain dan membangun kembali koneksi sosial.
Kesimpulan
Hikikomori adalah fenomena ekstrem yang dapat dialami oleh seseorang karena berbagai alasan.
Dengan dukungan yang tepat dan kesabaran, seseorang yang menjadi hikikomori dapat mencari jalan kembali untuk berpartisipasi dalam dunia luar dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Referensi
Abe, Y., & Yasui, N. (2020). "Socioeconomic factors and hikikomori in Japanese university students: A cross-sectional study". Frontiers in Psychiatry.
Kato, T. A., Tateno, M., Shinfuku, N., Fujisawa, D., Teo, A. R., & Sartorius, N. (2012). "Does the ‘hikikomori’ syndrome of social withdrawal exist outside Japan? A preliminary international investigation". Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology.
Teo, A. R., & Gaw, A. C. (2010). "Hikikomori, a Japanese culture-bound syndrome of social withdrawal? A proposal for DSM-5". The Journal of Nervous and Mental Disease.
Teo, A. R., & Gaw, A. C. (2010). "Hikikomori, a Japanese culture-bound syndrome of social withdrawal? A proposal for DSM-5". The Journal of Nervous and Mental Disease.
Buletin KPIN. "Hikikomori, Samakah dengan Ansos atau Agrofobia?". Diakses pada 25 Juli 2023
oke min
BalasHapus